Masyarakat Adat Papua Tolak Tambang Nikel: "Tanah Kami Bukan Untuk Dijual"
Kini sedang ramai di perbincangkan di media sosial mengenai tagar #SAVERAJAAMPAT. Viral nya tagar tersebut di karenakan aktivitas penambangan nikel yang di lakukan oleh PT GAG nikel di kawasan Raja Ampat, Papua Barat. Dimana aktivitas tersebut menuai banyak sekali kecaman.
Dan sampai saat ini kembali viral tagar #PAPUABUKANTANAHKOSONG, yang memperlihatkan kondisi hutan Papua yang tampak gundul di tengah hamparan hijau lain nya. Warganet ramai-ramai mengunggah kedua tagar tersebut sebagai bentuk protes kepada pemerintah.
Ketika keindahan Raja Ampat menjadi sorotan dunia, ancaman datang dari dalam. Rencana eksplorasi tambang oleh sebuah perusahaan mendapat penolakan keras dari masyarakat adat. Mereka menilai proyek itu tidak hanya akan merusak lingkungan, tetapi juga melanggar hak-hak adat yang telah dijaga turun-temurun.
Tidak hanya biota laut, tetapi juga satwa-satwa khas bumi Papua di Raja Ampat turut terancam akibat dari hirilisasi nikel tersebut.
"Saya rasa di Indonesia hutan terbesar dan terakhir hanya di Papua. Kami tidak menyumbang uang untuk membangun negara, tapi [hutan] kami sumbang oksigen. Sebenarnya hal tersebut sudah lebih dari cukup menurut saya, karna oksigen lebih penting dari uang". Jelas pemuda setempat yang berharap pemerintah melihat timbal balik mereka.
Setelah mendapat banyak penolakan dari aktivis lingkungan dan masyarakat di berbagai media sosial. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, akhirnya menghentikan sementara aktivitas tambang nikel di Raja Ampat melalui pembekuan Izin Usaha Pertambangan PT GAG Nikel pada Kamis (5/6/2025).
Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa perusahaan tersebut baru bisa beroperasi kembali sampai hasil verifikasi dari Kementerian ESDM keluar.
#SAVERAJAAMPAT
#PAPUABUKANTANAHKOSONG
Penulis: Salsabilla Azzahra
Komentar
Posting Komentar